Rabu, 28 Oktober 2009

Peranan Bahasa Indonesia Dalam Konsep Ilmiah

Pengertian Karya Tulis Ilmiah
Karya tulis ilmiah adalah suatu produk dari kegiatan ilmiah. Membicarakan produk ilmiah, pasti kita membayangkan kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan temuan baru yang bersifat ilmiah, yaitu penelitian. Memang temuan ilmiah dilakukan melalu penelitian, namun tidak hanya penelitian merupakan satu-satunya karya tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu permasalahan.Pembahasan itu dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang diperoleh melalui suatu penelitian. Karya tulis ilmiah melalui penelitian ini menggunakan metode ilmiah yang sistematis untuk memperoleh jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang diteliti. Untuk memperjelas jawaban ilmiah berdasarkan penelitian, penulisan karya tulis ilmiah hanya dapat dilakukan sesudah timbul suatu masalah, yang kemudian dibahas melalui penelitian dan kesimpulan dari penelitian tersebut.
Pernyataan ilmiah yang harus kita gunakan dalam tulisan harus mencakup beberapa hal, yaitu :


1. Harus dapat kita identifikasikan orang yang membuat pernyataan tersebut.
2. Harus dapat kita identifikasikan media komunikasi ilmiah di mana pernyataan disampaikan apakah
dalam makalah, buku, seminar, lokakarya dan sebagainya.
3. Harus dapat diindentifikasikan lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut beserta tempat domisili dan waktu penerbitan itu

dilakukan. Sekiranya publikasi ilmiah tersebut tidak diterbitkan maka harus disebutkan tempat, waktu dan lembaga yang melakukan
kegiatan tersebut.

Karya tulis ilmiah utau akademik menuntut kecermatan dalam penalaran dan bahasa. Dalam hal bahasa, karya tulis semacam itu (termasuk laporan penelitian) harus memenuhi ragam bahasa standar (formal) atau terpelajar dan bukan bahasa informal atau pergaulan. Sugono (1997) membagi ragam bahasa atas dasar media/sarana, penutur, dan pokok persoalan. Atas dasar media, ragam bahasa terdiri atas ragam bahasa lisan dan tulis. Atas dasar penuturnya, terdapat beberapa ragam yaitu dialek, terpelajar, resmi, dan tidak resmi. Daro segi pokok persoalan, ada berbagai ragam antara lain ilmu, hukum, niaga, jurnalistik, dan sastra.

Persyaratan karya Tulis Ilmiah
Hal-hal yang harus ada dalam karya ilmiah antara lain:
1. Karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat pikiran dan alur pikiran.
2. Keindahan karya tulis ilmiah terletak pada bangun pikir dengan unsurunsur yang menyangganya.
3. Alur pikir dituangkan dalam sistematika dan notasi.
4. Karya tulis ilmiah terdiri dari unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gambar, yang tersusun mendukung alur pikir yang teratur.
5. Karya tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan asas-asas yang terkandung dalam hakikat ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah

kebahasaan.
6. Karya tulis ilmiah terdiri dari serangkaian narasi (penceritaan), eksposisi (paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan).

Jenis-jenis karya ilmiah dapat dibedakan atas berikut.
a. Makalah
Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan permasalahan dan pembahasannya berdasarkan data di lapangan atau kepustakaan yang
bersifat empiris dan objektif.
b. Kertas kerja
Kertas kerja adalah karya tulis ilmiah yang bersifat lebih mendalam daripada makalah dengan menyajikan data di lapangan atau kepustakaan yang bersifat empiris dan objektif. Makalah sering ditulis untuk disajikan dalam kegiatan penelitian dan tidak untuk didiskusikan, sedangkan kertas kerja ditulis untuk disajikan dalam seminar atau lokakarya
c. Laporan Praktik Kerja
Laporan praktik kerja adalah karya tulis ilmiah yang memaparkan data hasil temuan di lapangan atau instansi perusahaan tempat kita
bekerja. Jenis karya ilmiah ini merupakan karya ilmiah untuk jenjang diploma III (DIII)
d. Skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain (karya ilmiah S I). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar sarjana
e. Tesis
Tesis adalah karya tulis ilmiah yang mengungkapkan pengetahuan baru dengan melakukan pengujian terhadap suatu hipotesis. Tesis ini sifatnya lebih mendalam dari skripsi (karya ilmiah S II). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar magister.
f. Disertasi
Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan teori atau dalil baru yang dapat dibuktikan berdasarkan fakta secara empiris dan
objektif (karya ilmiah S III). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar doktor.


Ragam bahasa karya tulis iliah/akademik hendaknya mengikuti ragam bahasa yang sifatnya abstrak atau konseptual yang sulit dicari alat peraga atau analoginya dengan keadaan nyata. Untuk mengungkapkan hal semacam itu, diperlukan struktur bahasa dan kosakata yang canggih. Ciri-ciri bahasa keilmuan adalah kemampuannya untuk membedakan gagasan atau pengertian yang memang berbeda dan strukturnya yang baku dan cermat. Dengan karakteristik ini, suatu gagasan dapat terungkap dengan cermat tanpa kesalahan makna bagi penerimanya. Suharsono (2001) menyebutkan beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam karya tulis ilmiah berupa penelitian yaitu:
-Bermakna isinya
-Jelas urainnya
-Berkesatuan yang bulat
-Singkat dan padat
-Memenuhi kaidah kebahasaan
-Memenuhi kaidah penulisan dan format karya ilmiah
-komunikatif secara ilmiah


Aspek komunikatif (keefektifan) hendaknya dicapai apda tingkat kecanggihan yang diharapkan dalam komunikasi ilmiah. Oleh karena itu, karya ilmiah tidak selayaknya membatasi diri untuk menggunakan bahasa (struktur kalimat dan istilah) popular khususnya untuk komunikasi antar ilmuwan. Karena makna simbol bahasa harus diartikan atas dasar kaidah baku, karya ilmiah tidak harus mengikuti apa yang nyatanya digunakan atau popular dengan mengorbankan makna yang seharusnya. Bahasa keilmuan tidak selayaknya mengikuti kesalahkaprahan.
Pemenuhan kaidah kebahasaan merupakan ciri utama dari bahasa keilmuan. Oleh karena itu, aspek kebahasaan dalam karya ilmiah sebenarnya adalah memanfaatkan kaidah kebahasaan untuk mengungkapkan gagasan secara cermat. Kaidah ini menyangkut struktur kalimat, diksi, perangkat peristilahan, ejaan, dan tanda baca.


Dalam hal ini kita tidak harus takut menciptakan istilah baru hanya karena kita khawatir masyarakat akan bingung atau tidak tahu. Untuk menciptakan istilah baru, masyarakat yang diacu hendaknya adalah mayarakat profesional, ilmiah, atau akademik yang mempunyai kebersediaan (willingness) dan ketekunan (diligence) untuk belajar bukan orang awam dalam pergaulan umum atau pasar. Itulah sebabnya badan penyusun standar di Amerika, Financial Acounting Standards Board (FASB), tidak takut menciptakan standar keilmiahan atau profesionalisma minimal masyarakat yang dituju.

Kaidah kebahasaan Indonesia di perguruan tinggi menjadi masalah karena kenyataan bahwa sebagian besar buku ilmu pengetahuan dan teknologi berbahasa Inggris sementara proses belajar menggunakan bahasa Indonesia. Lebih dari itu, peran dosen dalam memahamkan pengetahuan masih sangat dominan sehingga dosen sangat diharapkan mampu berbahasa Inggris dan menyampaikannya dalam bahasa Indonesia. Fungsi semacam ini akan melibatkan penerjemahan dan pembentukan istilah oleh dosen. Masalah yang paling pelik adalah pembentukan istilah. Sayangnya, para dosen tidak berusaha sama sekali untuk mengembangkan istilah baru karena mengira bahwa bahasa Indonesia tidak cukup kaya dan mampu. Untuk mengapresiasi dan mempelajari penjabaran istilah, mereka lebih suka menggerutu atau malah mengolok-olok pengenalan istilah baru. Akibatnya, istilah baru tidak dibahas di kelas tetapi disembunyikan. Dalam membahas istilah di kelas, dosen tidak harus selalu setuju dengan istilah baru tetapi harus mengajukan alasan atau penalarannya. Tugas dosen adalah menyampaikan gagasan dengan baik bukan memaksakannya.

Oleh karena itu, dosen perlu memahami kaidah yang berkaitan dengan pembentukan istilah. Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI) yang dikeluarkan oleh Pusat Pembinaan Bahasa merupakan sumber yang cukup baik sebagai pedoman. Walaupun tidak berkaitan dengan pembentukan istilah, tanda baca juga merupakan bagian penting dalam pemaparan karya ilmiah. Pedoman penggunaan tanda baca dimuat secara lengkap dalam Ejaan yang Disempurnakan (EYD).

Daftar Pustaka
Akhadiah, Sabarti, Arsyad Maidar G., dan Ridwan, Sakura H. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga


American Psychological Assosciation. 2001. Publication Manual of The American Psychological Assosiantion.Ed. ke-5 Washingtn, D.C.

Suwardjono 2004, Aspek Kebahasaan Indonesia Dalam karya Tulis Akademik/Ilmiah/Kesarjanaan.

Alwi, Hasan, dkk. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Jakarta :Balai Pustaka.

Depdikbud. 1981. IA, Materi Pendidikan Program Akta Mengajar V. Filsafat Ilmu.


Selasa, 13 Oktober 2009

Perkembangan Bahasa Indonesia

Judul : Perkembangan Bahasa Indonesia
Oleh : Okta Arie Hendriawan

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi dan bahasa persatuan bangsa Indonesia.Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia adalah bahasa kerja (working language).
Dari sudut pandang linguistika, bahasa Indonesia adalah suatu varian bahasa Melayu. sebuah bahasa Austronesia yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau dari abad ke-19, namun mengalami perkembangan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja dan proses pembakuan di awal abad ke-20. Hingga saat ini, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Meskipun saat ini dipahami oleh lebih dari 90% warga Indonesia, bahasa Indonesia tidak menduduki posisi sebagai bahasa ibu bagi mayoritas penduduknya. Sebagian besar warga Indonesia berbahasa daerah sebagai bahasa ibu. Penutur bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Namun demikian, bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di surat kabar, media elektronika, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya,sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.
Fonologi dan tata bahasa bahasa Indonesia dianggap relatif mudah. Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu.
Bahasa indonesia pada zaman ini sudah mengalami banyak perubahan rata rata orang sekarang menggunakan bahasa campuran dalam berinteraksi antar masyarakat saat ini terasa semakin sedikit orang yang menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar yang sesuai dengan ejaannya hanya sedikit orang yang menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar hanya untuk berinteraksi yang sifatnya formal atau berbicara kepada atasan
Menurut saya perkembangan bahasa tidak semua perubahan itu memiliki sifat positif, ada juga yang negatif khususnya bagi para remaja, banyak dari para pemuda atau remaja zaman sekarang banya menggunakan bahasa indonesia yang tidak baku atau tidak sesuai dengan ejaan bahasa indonesia yang baik dan benar dan sebagian dari mereka mengutip dari ejaan bahasa asing ataupun merubah bahasa indonesia yang sudah baku tersebut
Pelajaran Bahasa Indonesia yang sering dianggap remeh oleh siswa atau mahasiswa di Indonesia, ternyata sudah diajarkan di 50 negara di dunia dengan jumlah tenaga pengajar asing yang semakin bertambah banyak.
“Sudah saatnya bahasa Indonesia dikelola secara seksama yang tentunya mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, sehingga mampu menjembatani sistem nilai yang mengalami pertumbuhan dalam pergaulan antar bangsa,” kata duta besar Indonesia untuk Kamboja, Nurahman Oerif, di Yogyakarta, Kamis 10 Mei.
Dalam Seminar “Internasional Teaching Indonesian Oversea” di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Ia mengatakan, bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif antar bangsa karena lewat bahasa dapat ditumbuhkan saling pemahaman antar budaya dan adat istiadat, yang pada gilirannya mampu menambah pengertian dan kerjasama antar bangsa.
Sayangnya, kata dia, bangsa kita tidak pernah berbangga dan mencintai bahasa sendiri, malah bangsa internasional yang lebih banyak memberikan apresiasi.
Menurut Nurahman, warga Indonesia sebagai bangsa sudah saatnya secara jujur merenungkan mengapa setelah 61 tahun merdeka tidak dapat maju, bahkan bangsa-bangsa lain yang tadinya belajar dari Indonesia bisa lebih maju daripada Indonesia.
“Saat ini kita masih asyik menertawakan diri kita sendiri, belum pada tahap memperbaiki diri sendiri,” katanya.
Dalam seminar ini, rektor UGM Sofian Effendi secara resmi meluncurkan Tes Bahasa Indonesia sebagai bahasa asing atau Test of Indonesian as a Foreign Language (TIFL) yang pertama di Indonesia.
“Pada tahap awal, tes ini mungkin masih mengandung sejumlah kelemahan, tetapi melalui riset yang sungguh-sungguh dan terus menerus tes ini nantinya diharapkan dapat menjadi tes yang handal untuk dipakai di seluruh dunia
Media massa sebagai sarana pemberi informasi yang diharapkan turut berperan dalam pengembangan bahasa Indonesia, belum dapat berfungsi ideal. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa, pada media itu sendiri, masih sering ditemukan kesalahan-kesalahan penggunaan bahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan kaidahnya. Sebagai contoh, pada media televisi masih sering kita dengar pengucapan dan pelafalan kata yang salah. Seperti kata péka yang biasa dilafalkan dengan menggunakan ê (e pepet). Padahal yang benar dalam pengucapannya adalah, bunyi e dilafalkan dengan é biasa, sama dengan bunyi e pada kata ekor, meter dan sebagainya. Demikian juga dengan kata teras, semuanya dilafalkan dengan bunyi yang sama. Padahal, dalam bahasa Indonesia ada dua kata teras. Téras yang dilafalkan dengan e biasa seperti pada teras rumah, dan di lafalkan dengan bunyi e pepet pada pejabat têras. Demikian juga pada surat kabar sebagai salah satu media massa, masih sering ditemukan kesalahan-kesalahan. Baik dari segi penggunaan tanda baca, penulisan kata ataupun kesalahan dalam penggunaan kata yang tepat. Masih banyak sebenarnya faktor-faktor yang meyebabkan bahasa kita mengalami nasib seperti itu. Diantaranya dialek bahasa daerah, budaya dikalangan anak muda yang senang menggunakan bahasa gaul atau bahasa prokem. Namun yang lebih penting sekarang adalah mencari solusi untuk mengatasi semua masalah tersebut.

Daftar Pustaka
-Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928
-http://www.ohio.edu/LINGUISTICS/indonesian/index.html Why
Indonesian is important to learn. Situs pengajaran bahasa Indonesia di
Ohio State University.
-Farber, Barry. J. How to learn any language quickly, enjoyably and on
your own. Citadel Press. 1991. ^ Eliot, J., Bickersteth, J. Sumatra
Handbook. Footprint. 2000.
-Terbaik dari yang Terbaik (Crème de la Crème)
-Sumber: isekolah.org
-Crystal, David. 1997. The Cambridge Encyclopedia of Language. Second
edition.